Surat terakhir

Saat kita berkongsi kedukaan dalam secangkir kopi 
yang sama, sewaktu di cafe-cafe mahal di pinggir bandar
telah aku suarakan nyata disetiap yang tersimpan diam
dalam bisu yang terdakap.

Saat alis matamu merenung ke perut langit
dan dihujung jari-jarimu dinyalakan sebatang sigaret
dan disaat kamu kemam dibibir dan saat kamu hembus
asap-asap yang tertukar dengan perlahan-lahan ke udara
telah aku lakar potret wajahmu dalam sekeping hati yang resah.

Dan disaat kita tidak lagi memandang dan berlaku asing
gema suaramu tidak akan lagi terdengar ditiup angin yang dingin
dan bila matahari mula memancarkan cahayanya 
kita pelan-pelan hilang bersama deru.

Dan sudah ternyata segalanya.

Kita seperti orang asing yang berselisih di tengah kota
mata tertancap dan hati belum terbuka.

Arah kompas

Di setiap sela-sela sajak dalam sekeping kertas
yang aku tinggalkan adalah titik mula yang menunjukkan
arah kompas kepada pertemuan kau dan aku.


Semoga berhasil.