Terdampar tubuh menahan sakit yang tertunda

Di saat para penyair menghabiskan waktu
di cafe-cafe borjouis di pinggir kota bersama wanita
nicotina dan secawan kafein disisinya.

Aku pula terdampar tubuh
menahan sakit yang tertunda yang
dihadiahkan Tuhan kerana ingin aku terus
menadah tangan dan memohon semula kepadanya.

Di ruang jendela yang usang
aku gantungkan satu per satu jar-jar doa
agar diambil dan diketahui Tuhan; Doaku tak pernah
putus memanggil dan tak pernah berhenti bergetar.

No comments:

Post a Comment